Selasa, 15 Juli 2008

kritik sastra- aktualisasi diri tokoh Ikal dalam novel Edensor karya Andrea Hirata

  1. Pendahuluan

Banyak orang yang mencurahkan sebagian besar waktu dan tenaga mereka dengan tujuan untuk mengerti orang lain, sedangkan kesadaran terhadap diri sendiri tidak ada. Mereka sering merasa mengetahui dan menilai bagaimana kepribadian orang lain. Mereka berusaha mengerti motivasi dan perilaku orang lain, tetapi tidak berusaha menggali motivasi dan potensinya sendiri. Seharusnya setiap orang mengenal dirinya sendiri, motivasi-motivasi dalam melakukan sesuatu, menggali potensi yang ada dan menghadapi hambatan yang mungkin muncul dalam perkembangan ke taraf yang lebih tinggi.

Keinginan untuk mengenal jati diri ada pada diri kita masing-masing. Perjalanan panjang manusia mencari jati diri, kematangan, kebenaran, diidentikan dengan kisah Odise oleh Budi Darma (dalam Pitono, 2007:59). Lebih lanjut di jelaskan bahwa karena jati diri, kematangan dan kebenaran bersifat nisbi, kisah Odise tidak akan pernah berhenti. Hal ini berarti bahwa sepanjang hidup manusia adalah pencarian jati diri yang nantinya akan mengarahkan manusia pada kehidupan yang lebih baik dan lebih maju.

Pencarian jati diri adalah akar dari sejumlah teori psikologi yang dinamakan psikologi personalitas. Seperti yang diungkapkan Darma (2004: 133) bahwa pada hakekatnya ketiga teori psikologi personalitas yaitu psikoanalisa, psikologi behaviorisme, dan psikologi humanistik dimulai dari satu pertanyaan yaitu; “siapakah aku sebenarnya”? Dalam psikoanalisa, Freud mengkaji tokoh Hamlet yang selalu diliputi oleh keraguan, karena tanpa dia sadari ada yang tidak beres dalam dirinya. Karena itu psikoanalisa dipergunakan untuk orang-orang yang tidak normal. Sementara itu kajian psikologi behaviorisme dengan salah satu tokohnya Skinner berpendirian bahwa manusia selamanya dipengaruhi oleh lingkungannya. Sedangkan psikologi humanistik mengkaji orang-orang normal yang ingin mendapat pencapaian maksimal atau aktualisasi diri. Teori ini dikembangkan oleh Abraham Maslow. Teori psikologi ini menelusuri suatu pertanyaan terhadap diri sendiri seperti, “Saya adalah seorang pemain tenis, apakah nanti saya bisa menjadi juara Wimbledon”? (Darma, 2004:133).

Aktualisasi diri dalam psikologi humanistik mempersoalkan pertumbuhan pribadi individu. Teori ini menekankan pada proses pertumbuhan dan perkembangan pribadi ke tingkat yang sebaik mungkin, realisasi keunikan setiap individu, dan pemenuhan potensi diri (Poduska dan Turman, 2008:174). Dengan kata lain manusia sebagai pribadi yang unik dengan potensi yang nampak maupun tersembunyi akan diarahkan untuk memilih alternatif-alternatif yang tersedia dalam hidupnya. Hidup selalu dipenuhi oleh alternatif, dan dengan aktualisasi diri maka seseorang diharapkan mampu memilih alternatif yang akan mendorong kemajuannya. Seperti seseorang yang dihadapkan pada pilihan untuk menghadapi masalah yang menimpanya atau lari dari masalah. Pilihan yang pertama akan menyebabkannya sakit tapi membuatnya bergerak maju, sedangkan pilihan yang kedua hanya membuatnya tetap aman tetapi jalan ditempat dan bahkan semakin terpuruk.

Dalam novel Edensor karya Andrea Hirata terlihat jelas aktualiasi diri tokoh utamanya yaitu Ikal. Novel ini adalah bagian dari tetralogi laskar pelangi yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Dalam Laskar Pelangi diceritakan kehidupan masa kecil Ikal bersama teman-temannya. Cerita ini terfokus pada kehidupan seorang anak yang mulai merajut cita-citanya. Sedangkan dalam Sang Pemimpi Ikal menginjak remaja dan semakin mantap dalam hatinya untuk berjuang meraih cita-citanya. Novel yang ketiga yaitu Edensor menceritakan saat Ikal berjuang meraih Mimpi-mimpinya. Saat itulah dia telah dewasa dan telah siap untuk menghadapi rintangan-rintangan yang datang. Novel ini terfokus pada setiap setiap jenjang perjuangan yang harus dilalui Ikal. Dalam novel ini pula Ikal benar-benar mampu mewujudkan mimpi yang diukirnya sejak masa kanak-kanak. Sedangkan dalam Maryamah Karpov, Andrea Hirata berkisah tentang kehidupan seorang wanita yanf selama ini jarang disoroti orang.

Perjuangan manusia untuk mencapai aktualisasi diri adalah suatu usaha yang harus diberi penghargaan, karena tidak semua orang memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Tokoh Ikal dalam novel Edensor adalah wujud perjuangan seseorang yang bangkit dari seseorang yang merasa bukan apa-apa menjadi seseorang yang matang dan dewasa. Karena motivasi dalam dirinya untuk mewujudkan mimpinya, Ikal berusaha menghadapi hambatan dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Ikal berusaha menjawab satu pertanyaan bahwa dirinya sekarang hanyalah seorang anak melayu biasa, dapatkah nanti dia menjadi seorang pria dewasa yang matang dan kaya akan pengalaman dan pengetahuan? Dia ingin menemukan saripati kehidupan, yang mengarahkannya menjadi manusia yang lebih baik dan semakin baik.

B. Hierarki kebutuhan Maslow

1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis berada pada tingkat paling rendah dalam hierarki kebutuhan Maslow. Hal ini berarti pemenuhan kebutuhan ini paling mendesak sebelum kebutuhan yang lain. Menurut Maslow dalam (Poduska dan Turman, 2008:118) kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar yang berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Menurut Poduska dan Turman (2008: 178) kebutuhan fisiologis meliputi makanan, air, gerak tubuh, istirahat, oksigen, seks dan rangsangan sensoris. Jika kebutuhan fisiologis belum terpenuhi maka individu tidak akan bertindak memuaskan kebutuhan yang lain. Salah satu contoh nyata adalah saat jatuhnya pesawat Peru di hutan belantara Amerika Selatan pada tahun 1970. Untuk mempertahankan hidup para penumpang yang selamat memakan daging penumpang lain yang telah meninggal. Kejadian itu menunjukkan bahwa nilai sosial dan moral yang telah berakar kuatpun runtuh oleh keadaan saat individu-individu tersebut terhambat pemuasan kebutuhan makanan.

2. Kebutuhan rasa aman

Jika kebutuhan fisiologis telah terpuaskan maka individu akan berusaha memenuhi kebutuhan lain yaitu kebutuhan akan rasa aman. Menurut Maslow (dalam Poduska dan Turman, 2008, 121) adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Menurut Maslow (dalam Poduska dan Turman, 2008: 182) hal objektif utama untuk memenuhi kebutuhan rasa aman adalah dengan mengetahui rasa takut. Individu harus menelusuri kembali apakah ketakutan itu berdasarkan realitas atau hanya imajinasi saja. Rasa takut kebanyakan hanya disebabkan oleh pikiran kita sendiri. Kita sering berpikir bagaimana jika sesuatu terjadi yang mungkin pada kenyataannya tidak akan pernah terjadi. Yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapi apa terjadi bukan apa yang mungkin terjadi. Misalkan saja seorang karyawan takut jika perusahaan tempat dia bekerja bangkrut dan dia akan di PHK. Ketakutannya itu tidak akan mampu mengubah keadaan, tetapi sikapnya untuk bekerja sebaik mungkin akan membuatnya tetap dipertahankan.

3. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki

Jika individu telah mampu memenuhi kebutuhan akan rasa aman maka dia Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu yang lain, baik hubungan cinta persahabatan ataupun hubungan cinta kasih (Maslow dalam Poduska dan Turman, 2008:122). Hubungan ini dapat terjadi dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Bagi setiap individu keanggotaan dalam kelompok yang ada di masyarakat sering menjadi tujuan yang dominan. Mereka bisa menderita kesepian, terasing apa bila terpisah dari keluarga, teman-teman ataupun pasangan hidupnya.

Menurut Maslow dalam (Poduska dan Turman, 2008: 189), tercapainya kebutuhan ini ditentukan oleh komitmen individu tersebut dengan orang lain. Rasa memiliki itu sendiri adalah pernyataan terhadap orang lain mengenai tingkat komitmen dan identifikasi individu tersebut. Seseorang mungkin merasa kesepian karena merasa tidak ada orang yang memperhatikan dan mencintainya. Dia tidak menyadari bahwa sebenarnya cinta itu adalah memberikan sesuatu dari dirinya untuk orang lain, dan memberi itu akan menghilangkan kesunyiannya. Dengan demikian, seseorang yang berada dalam kesunyian tidak akan pernah merasa sepi jika dia mempedulikan dan mencintai seseorang.

d. Kebutuhan akan rasa harga diri

Kebutuhan akan rasa harga diri ini oleh Maslow dalam (Poduska dan Turman, 2008, 124) dibagi menjadi dua hal yaitu penghormatan dan penghargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Rasa harga diri yang pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian, dan kebebasan. Rasa harga diri ini membuat individu merasa berharga untuk dapat melalui segala tantangan dalam hidupnya. Sedangkan rasa harga diri yang kedua berbentuk prestasi. Dalam hal ini individu butuh penghargaan terhadap apa yang telah dilakukannya.

Adakalanya seseorang merasa frustrasi jika tidak mampu merealisasikan potensinya. Frustrasi ini timbul dengan membandingkan dirinya dengan orang lain yang telah berkembang lebih dulu. Tapi dengan adanya penghargaan dengan diri sendiri, akan mengenal dan menerima kelemahannya serta menjalani proses belajar dengan melibatkan emosinya.

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan akan aktualisasi diri akan muncul apabila kebutuhan yang ada dibawahnya telah terpenuhi. Maslow dalam (Poduska dan Turman, 2008,125) manandai kebutuhan aktualisasi diri sebagai kebutuhan individu untuk menjadi orang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini individu berusaha menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segala potensi yang dimilikinya. Contohnya adalah seseorang yang mempunyai potensi intelektual berusaha untuk menjadi ilmuwan.

Aktualisasi diri bukan saja menyadari kekuatan tetapi juga kelemahan (Poduska dan Turman, 2008: 208). Jika individu hanya memikirkan kekuatannya saja, maka dia akan merasa menjadi manusia super yang bisa berdiri sendiri. Tetapi dengan menyadari kelemahannya maka dia akan lebih mudah didekati oleh orang lain dan mampu membaur dengan lingkungan di sekitarnya. Setiap orang mempunyai bidang keahlian dan ada bidang-bidang di mana dia kurang mampu.

C. Kebutuhan Aktualisasi diri

Maslow (dalam Hjelle dan Ziegler, 1981:374) menyatakan bahwa manusia terdorong untuk melakukan sesuatu karena mempunyai kemauan dan kebutuhan. Dalam pandangannya, manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri pada dasarnya adalah pencarian jati diri, yaitu dorongan untuk menjadi manusia sepenuhnya. Dorongan yang dimaksud adalah keinginan untuk mengembangkan watak atau pematangan diri. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri harus mampu melampaui perjuangan, keinginan, atau kemauan terhadap sesuatu yang mereka butuhkan untuk memperbaiki suatu kekurangan.

Aktualisasi diri terjadi melalui jenjang atau tingkat-tingkat yang disebut hierarki kebutuhan. Hierarki kebutuhan itu dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Seseorang harus mencapai suatu tingkat yang lebih rendah secara memadai sebelum naik ke suatu tingkat yang lebih tinggi (Poduska dan Turman, 2008: 174). Tingkat-tingkat kebutuhan ini memberikan pengarahan terhadap belajar kembali dan realisasi diri. Jika dalam suatu waktu orang tersebut mengalami hambatan dalam satu tingkat kebutuhan, maka dia harus belajar dari pengalaman dalam memenuhi kebutuhan yang lebih rendah dari kebutuhan yang terhambat itu.

Maslow mengakui bahwa tidak mudah untuk mencapai taraf aktualisasi-diri sebab upaya ke arah itu kemungkinan menemui banyak hambatan (Hjelle dan Ziegler, 1981:374). Hambatan itu dapat berasal dari individu itu sendiri, dapat berupa ketidaktahuan, keraguan, rasa takut, untuk mengungkapkan potensi-potensi yang dimilikinya. Hambatan yang lain bisa berasal dari luar diri individu atau dari orang-orang dan masyarakat di sekitarnya. Misalkan saja, adanya pembentukan stereotype budaya dalam masyarakat yang bisa mematikan sifat, bakat, dan potensi yang dimilikinya. Hambatan berikutnya bisa dihasilkan dari kuatnya kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan ini membuat individu selalu menghindar dari resiko, kesalahan, dan tidak mampu melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang konstruktif.

Untuk menelusuri proses aktualisasi diri seseorang diperlukan tolok ukur yang berupa ciri-ciri khusus yang mencerminkan kepribadiannya. Lebih jelas lagi Maslow (dalam Hjelle dan Ziegler, 1981:377) memberikan gambaran sifat khusus orang-orang yang berhasil mengaktualisasikan diri yaitu mengamati realitas secara efisien, penerimaan atas diri sendiri dan orang lain, spontan, sederhana, dan wajar, fokus pada masalah, kebutuhan akan privasi dan independensi, otonom (mandiri dari kebudayaan dan lingkungan), apresiasi yang senantiasa segar, pengalaman mistik-pengalaman puncak, minat sosial, hubungan antar pribadi, berwatak demokratis, perbedaan antara cara dan tujuan, perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan, kreativitas, resistensi terhadap enkulturasi . Jika seseorang telah mempunyai ciri-ciri tersebut, maka dapat dikatakan dia telah mencapai aktualisasi diri. Meskipun demikian bukan berarti orang yang mampu mengaktualisasikan diri adalah manusia sempurna, karena tetap saja mereka mempunyai keterbatasan. Mereka tidak mengetahui segalanya dan tidak dapat melakukan segalanya serta tidak mampu menjadi segalanya, tetapi berusaha melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan. Orang yang beraktualisasi diri menanggapi kekurangan sebagai kesempatan untuk belajar.

D. Motivasi yang Mendasari Aktualisasi Diri

Sebagai tambahan atas konsepsikebutuhan bertingkatnya, Maslow mengemukakan motivasi perkembangan dalam beraktualisasi diri. Motif ini mendorong seseorang untuk mengungkapkan potensi-potensinya. Arah dari motif perkembangan ini memperkaya kehidupan dengan memperbanyak belajar pengalaman, dan juga memberi semangat hidup. Sifat motif perkembangan ini adalah naluriah. Karena itu motif perkembangan ini harus dipenuhi agar keadaan psikologis seseorang menjadi sehat dan perkembangan maksimal dapat dicapai.

Ada delapan macam motif yang dikemukakan oleh Maslow yaitu motif kebenaran Motif kebenaran adalah keyakinan terhadap sesuatu yang dianggap benar. Motif keindahan adalah dorongan untuk selalui menghargai keindahan dan berbudaya. Sedangkan motif keunikan adalah dorongan untuk menghargai diri sendiri dan orang lain apa adanya. Motif kesempurnaan mendorong individu untuk selalu berbuat yang terbaik dan melakukan perbaikan diri. Motif keadilan mendorong individu untuk menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsinya. Motif kebajikan mendorong individu untuk berbuat hal yang positif bagi lingkungan sekitarnya. Sementara itu motif kesederhanaan mendorong seseorang untuk memandang kesulitan sebagai hal yang wajar. Motif ini membuat seseorang untuk tetap tenang menghadapi masalah apapun.

E. Hierarki Kebutuhan yang di lalui Ikal

Orang yang mampu mengktualisasikan diri harus mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada dibawahnya. Dengan hierarki kebutuhan maslow akan dapat diketahui apakah Ikal telah mampu melampaui semua kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta, dan kebutuhan akan rasa harga diri. Setelah semua kebutuhan itu dianggap telah tercapai, kemudian akan diungkapkan bagaimana perjuangan Ikal dalam mencapai kebutuhan tertinggi dan apakah dia dapat menghadapi setiap hambatan dalam mencapainya.

1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis Ikal

Kebutuhan fisiologis Ikal selalu mencoba dipenuhi sepanjang hidupnya. Adakalanya kebutuhan itu dengan mudah dapat dipenuhi, tetapi kadang dia harus berjuang mati-matian untuk memenuhinya. Ketika beranjak dewasa terutama setelah bekerja, saat itulah dia berpisah dari keluarganya. Hal itu berarti dia harus berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Gajinya sebagai petugas kantor pos telah mampu menutup semua kebutuhan hidupnya. Namun karena merasa hidupnya tidak ada dinamika, maka jiwanya tergerak untuk mengambil resiko yang bisa mengancam pencapaian kebutuhan dasar ini. Hambatan itu benar-benar dialaminya saat melakukan perjalanan ke Afrika dan Eropa. Karena perbekalan sudah habis dia memutuskan untuk memakan buah plum dan itu membuatnya bertahan. Dalam keadaan yang benar-benar kritis karena tak ada lagi buah plum, maka dia memakan daun pohon plum. Meskipun pahit, tapi cara ini mampu membuatnya bertahan sampai dia mendapatkan uang untuk membeli makanan.

Selain rasa lapar yang mengancam, Ikal juga harus menghadapi hawa dingin yang tidak mampu diterima oleh tubuhnya. Dalam kondisi yang berbahaya dia mampu bertahan karena pengetahuan tentang melawan dingin dari buku yang telah dibacanya. Sikap Ikal untuk tidak menyerah menghadapi hambatan membuatnya terus maju. Rasa lapar dan kedinginan telah mampu diatasinya, sehingga dia dapat melanjutkan cita-citanya untuk keliling Afrika dan Eropa.

2. Kebutuhan akan rasa aman

Dengan perjuangan Ikal kebutuhan yang paling dasar telah dapat dipenuhi. Kebutuhan akan rasa aman mendorong seseorang untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya. Perasaan aman ini sebenarnya timbul dari dalam diri sendiri. Dengan memutuskan belajar keluar negeri berarti Ikal memilih untuk keluar rasa aman yang di dapatkannya dengan bekerja sebagai petugas kantor pos. Dengan pekerjaan tersebut dia merasa telah memperoleh ketentraman karena berada diantara orang yang telah dikenalnya dengan baik. Dengan pekerjaan itupula dia memperoleh kepastian tentang kelangsungan hidupnya dimasa yang akan datang. Pekerjaan itu adalah sesuatu yang dijalaninya setiap hari, dengan aktivitas yang sama. Namun kemudian dia merasa harus naik ke tingkat yang lebih tinggi dan tentu saja lebih beresiko. Tujuannya tidak lain adalah agar dia semakin mengenal dirinya, untuk menjadi seseorang yang lebih matang dalam menjalani kehidupan.

Kehidupan yang dijalaninya di Perancis sama sekali berbeda dengan kehidupannya di negara sendiri. Sejak awal dia telah menghadapi hambatan-hambatan dalam memperoleh rasa aman. Dia harus berjuang mendapatkan rasa tentram, menghadapi ketidakpastian, dan ketidakteraturan. Hal itu harus diuji saat dia harus menghadapi sikap teman-temannya dari Amerika dan Inggris yang selalu mendominasi setiap diskusi. Selain itu dia merasa tertekan dengan sikap dosen yang selalu marah ketika mahasiswanya tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan. Keadaan ini sempat membuatnya merasa inferior di dalam kelas. Tetapi kemudian seiring berjalannya waktu dia mengamati realitas yang ada disekitarnya. Dia mengerti bahwa kekurangannya adalah cambuk baginya untuk lebih keras belajar. Dia berusaha mengejar ketertinggalannya sehingga kemudian mampu menyelesaikan semua tugasnya dengan baik.

Selain itu rasa aman itu sama sekali lenyap saat dia harus melakukan perjalanan yang penuh bahaya. Di Rusia dia sempat dipukuli oleh polisi setempat karena dianggap mengganggu keamanan. Mereka babak belur tetapi tetap melanjutkan perjalanan selama mereka masih mampu. Kejadian itu membuatnya semakin berani menghadapi rintangan-rintangan selanjutnya. Keberaniannya menghadapi kenyataan membuktikan bahwa dia telah mampu melawan rasa takutnya, dan menciptakan rasa aman dalam dirinya sendiri.

3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki

Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah satu kesatuan. Pada dasarnya perasaan cinta akan menimbulkan perasaan untuk memiliki dan dimiliki. Meskipun pada kenyataannya cinta itu tidak selalu berujung pada memiliki. Ketika Ikal merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usahanya untuk mencari dan mendapatkan kasih sayang orangtuanya, teman, kekasih. Ikal dewasa terpisah dari kedua orang tuanya untuk bekerja di Jawa. Meskipun demikian dia masih dapat merasakan kasih sayang ayah dan ibunya yang telah melekat di hatinya sejak kecil. Ayahnya tidak pernah menghukum secara fisik tapi hanya menempa mentalnya jika dia berbuat kesalahan. Bahkan ketika semua orang menganggapnya pantas dihukum, sang ayah berusaha mencari sebab kenakalannya yaitu karena nama yang kurang cocok. Ikal hanya di ganti namanya beberapa kali dan mendapat nasehat yang bijak dari ayahnya. Kasih sayang itu selalu diingatnya meskipun mereka terpisah oleh jarak.

Ikal mempunyai sepupu yang bernama Arai. Mereka berdua adalah sahabat dalam susah dan senang. Sejak kecil Arai selalu melindungi Ikal dari marabahaya. Ikal merasa aman jika Arai ada di sampingnya. Persahabatan mereka semakin kental saat keduanya mendapat beasiswa di Paris. Arai selalu ada disampingnya saat dia membutuhkannya. Mereka saling melindungi. Ikal selalu mengerti apa yang dibutuhkan Arai, demikian juga Arai selalu berusaha mendahulukan kebutuhan Ikal. Saat Arai harus pulang ke Indonesia karena sakit, Ikal betul-betul merasa kehilangan. Tapi dia tetap bertekat untuk melanjutkan thesisnya.

Entah apa yang ada di dalam diri Ikal hingga dia di pilih oleh teman gadis yang dipuja banyak teman-temannya. Dia merasa berharga dihadapan teman-temannya. Dia sempat menikmati masa-masa indah bersama Katya. Tetapi hati kecilnya selalu membawanya pada Aling, kekasih di masa lalunya. Dengan Aling dia benar-benar mengerti cinta yang sebenarnya. Cinta yang rela berkorban dan tidak lekang oleh waktu. Cintanya yang disimpannya pada Aling menghilangkan kesunyian dalam dirinya. Aling adalah semangat dalam dirinya, meskipun dia tak pernah tahu kapan bisa menemuinya.

Dengan memberikan cinta kepada orang lain Ikal telah mampu mengisi kesunyian jiwanya. Ikal tidak perlu menangisi nasibnya terpisah dari orang yang dicintainya. Bahkan menyadari bahwa jika dia tidak menemukan sesuatu yang dicarinya, maka sebenarnya dia telah menemukan apa yang dicarinya yaitu kenyataan. Penerimaan terhadap kenyataan itu adalah sumber kebahagiaan yang telah diciptakannya sendiri.

4. Kebutuhan akan harga diri

Setelah mampu menciptakan rasa aman dalam dirinya, maka Ikal dianggap telah siap untuk memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi yaitu harga diri. Penghargaan diri berasal dari dirinya sendiri maupun orang lain. Semangatnya untuk belajar di luar negeri sangat kuat, sehingga ketika terwujud ia memanfaatkan kesempatan untuk belajar sebaik-baiknya. Selalu belajar adalah salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi. Dia merasa harus mempu bersaing dengan teman-teman dari berbagai negara yang menurutnya lebih maju darinya. Namun dia menyadari kelemahannya sebagai suatu hal yang manusiawi dan mulai berusaha menggali potensinya. Dia menyimpan kekuatan dalam dirinya sendiri yaitu semangat pantang menyerah dan percaya pada mimpinya. Itu adalah benteng pertahanan terkuat dalam menghadapi setiap rintangan. Dia mampu melihat dirinya sebagai pribadi yang unik karena kesederhanaanya dan tidak perlu membandingkan dengan orang lain. Yang dilakukannya hanyalah menjalani setiap proses dan menikmati keberhasilan yang berhasil dicapainya.

Penghargaan dari orang lain pada Ikal berupa prestasi salah satunya yang diraih di akhir masa kuliahnya. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan akhirnya dia mampu menyelesaikan tesisnya. Dia bahkan mampu menciptakan teori ekonomi komunikasi baru. selain itu dia juga lulus dengan nilai memuaskan dan mendapatkan penghargaan cum laude dari kedua universitas tempatnya belajar yaitu dari Universite de Paris di Sorbonne dan dari Sheffield Hallam University di United Kingdom. Kedua penghargaan tersebut telah membuktikan bahwa Ikal telah mampu memenuhi kebutuhan rasa harga diri.

F. Aktualisasi diri Ikal

Setelah semua kebutuhan dasarnya terpenuhi maka Ikal dianggap telah siap untuk memenuhi kebutuhan yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Pencapaian aktualisasi diri merupakan penggambaran yang optimis dari kehidupan ideal. Untuk mengetahui keadaan pribadi Ikal dalam mencapai taraf hidup yang ideal maka perlu di bahas tentang ciri-ciri orang yang telah beraktualisasi diri. Ciri-ciri ini memiliki arti penting yaitu untuk mengukur kemajuan diri dan standar perbaikan diri. Ada beberapa ciri-ciri aktualisasi diri yang telah ditunjukkan oleh Ikal dalam novel ini yaitu: mengamati realitas secara efisien, penerimaan atas diri sendiri dan orang lain, fokus pada masalah, otonom (mandiri dari kebudayaan dan lingkungan), pengalaman-pengalaman puncak, minat sosial, hubungan antar pribadi, berwatak demokratis, perbedaan antara cara dan tujuan, dan resistensi terhadap enkulturasi.

Sifat aktualisasi diri yang sangat menonjol pada Ikal adalah mampu mengamati realitas secara efisien. Dia tertarik untuk mengamati kehidupan seseorang yang disebutnya sebagai life observer. Dia menemukan fakta bahwa sebagian orang tak seperti kelihatannya. Dia senang mempelajari motivasi orang, mengapa ia berperilaku seperti itu, mengapa ia seperti adanya, bagaimana perspektifnya atas suatu situasi dan apa saja ekspektasinya. Setiap pribadi yang ditemuinya dianggapnya sebagai buku yang syarat pelajaran.

Dalam perannya sebagai life observer Ikal mengamati orang-orang disekitarnya. Waktu masih kanak-kanak Ikal tertarik pada kehidupan Weh dan Arai. Weh, dulunya seorang yang kaya dan berpendidikan hingga dia mendapat penyakit burut, penyakit yang menyerang alat vitalnya. Kemudian dia mengasingkan diri dengan menjadi nelayan yang tidak mempedulikan keselamatannya. Dia tidak pernah ramah pada orang karena orang-orang tersebut tidak peduli padanya. Dia berpikir dirinya hanyalah orang tak berguna dan dibenci orang hingga akhirnya dia memutuskan untuk bunuh diri. Sedangkan Arai adalah sepupu Ikal yang telah yatim piatu dan kemudian diasuh keluarga Ikal. Arai menganggap sesuatu yang telah menimpanya bukan untuk ditangisi dan dia berpantang putus asa. Ibaratnya ketika Ikal meratapi nasib sahabatnya itu, Arai malah berusaha menghibur Ikal dengan mainan buatannya.

Menurut Ikal benang merah antara keduanya adalah sama-sama mengalami penderitaan hidup namun perspektifnya tentang nasib malang itu sangatlah berbeda. Bagi Weh hidup adalah sesuatu yang harus disesali dan jika dapat memilih dia pasti meminta untuk tidak dilahirkan. Dia memilih untuk mengakhiri hidupnya karena tidak kuat menahan beban yang menderanya. Sementara Arai adalah orang yang berjiwa besar untuk menerima nasibnya yang telah terpuruk karena ditinggalkan oleh orangtuanya. Arai adalah perwujudan dari Weh yang telah mampu bangkit dari keterpurukan sekaligus menyongsong kehidupannya di masa depan dengan semangat.

Sifat aktualisasi diri yang ditunjukkan Ikal adalah penerimaan atas diri sendiri dan orang lain. Ikal benar-benar menyadari bahwa setiap individu diciptakan unik dan berbeda dengan individu yang lain. Ikal menaruh hormat kepada dirinya sendiri dan juga orang lain. Dengan demikian dia berusaha menerima kekurangannya dan mengembangkan keunikan yang ada dalam dirinya. Ikal merasa kurang kemampuannya dalam memahami materi kuliah, tidak aktif dalam setiap diskusi dan belum bisa mengembangkan pemikirannya dalam presentasi. Namun di sisi lain, dia tetap bersemangat belajar dan bekerja keras untuk mengejar ketertinggalannya.

Menyadari bahwa dirinya hanya mampu berada di urutan paling bawah siswa-siswa di kelasnya, Ikal menganggapnya sebagai kenyataan yang harus di terima. Dia mengerti bahwa dirinya hanya mahasiswa asing yang sedang menyesuaikan diri dengan iklim belajar yang sangat berbeda dengan di Indonesia. Selain itu dia mengakui kecerdasan teman-temannya yang berasal dari Amerika, Inggris, Jerman, Belanda, dan China. Namun, dia tidak hanya menerima keadaan itu, tapi juga mengamati mengapa teman-temannya bisa mencapai keberhasilan seperti itu. Dia mengamati bagaimana siswa Jerman yang selalu efektif dalam bekerja. Mereka selalu datang sepuluh menit sebelum kuliah dimulai. Bekerjasama dengan cermat dan mempersiapkan presentasi dengan matang.

Sikap menerima kekurangan diri itu membuat Ikal selalu membuka diri terhadap masukan dari lingkungan. Ikal tidak mengalami rendah diri yang berlebihan dan perasaan cemas yang dapat melemahkan semangatnya. Dengan demikian penerimaan ini membawanya untuk lebih berkembang. Sebagai hasilnya Ikal kemudian berhasil menyesuaikan diri. Dia sudah bisa menikmati petualangan intelektual dalam setiap perkuliahan. Ikal semakin terpacu kreativitasnya dalam bidang yang ia tekuni.

Selain itu Ikal juga selalu fokus pada cita-citanya. Ikal ingin mencari jati diri dengan meraih pendidikan yang setinggi-tingginya dan melakukan perjalanan keliling Eropa dan Afrika. Sejak gurunya pak Balia memberikan wejangan untuk berkelana mencari mozaik kehidupannya, Ikal selalu konsisten untuk mewujudkannya. Meskipun pada awalnya dia merasa mustahil, namun dia yakin suatu saat pasti ada jalan jika ada kemauan yang kuat. Dia membuktikan konsistensinya dengan bekerja keras demi pendidikan. Setelah mendapat pekerjaan sebagai pegawai pos, dia melanjutkan kuliah S1. Dengan menjadi pegawai kantor pos dia merasa tergiring ke kutup moderat bukan menjadi seperti yang dicita-citakannya. Ketika ada tawaran beasiswa ke Sorbonne, Perancis, Ikal berusaha membuat proposal riset yang bermutu hingga dianggap berpotensi melahirkan teori baru. Demi cita-citanya dia keluar dari pekerjaannya dan melanjutkan pendidikannya.

Konsistensinya terhadap pendidikan dibuktikan dengan belajar keras untuk kuliahnya. Sedangkan untuk biaya perjalanan ke Eropa dan Afrika dia bekerja sampingan. Meskipun telah bekerja selama dua belas jam sehari uangnya sama sekali jauh dari target. Tetapi kemudian sahabatnya Famke membuatkan seni patung untuk ditampilkannya keliling Eropa untuk biaya hidup. Dia mengesampingkan masalah-masalah yang kurang penting dan mendahulukan masalah yang paling penting seperti mengabaikan malu saat melakukan seni patung, memenuhi lapar dan dahaga dengan sederhana, dan rela tinggal di tempat-tempat yang tidak nyaman dan bahkan berbahaya. Asalkan masih sanggup melaluinya, Ikal tetap bertekad meraih mimpinya.

Berkat konsistensinya, Ikal mampu menyelesaikan pendidikan sekaligus berhasil melalui perjalanan panjangnya keliling Eropa dan Afrika. Tetapi yang lebih penting lagi dia menjadi lebih matang dan dewasa. Dia mengenal begitu banyak bangsa serta budayanya. Dia benar-benar menghadapi sendiri bagaimana baik dan buruknya karakter mereka.

Otonom atau mandiri dari kebudayaan dan lingkungan merupakan sifat aktualisasi diri yang ditunjukkan Ikal. Dengan beraktualisasi diri berarti Ikal tidak menggantungkan kepuasannya pada lingkungan dan orang lain. Kepuasan dari luar itu dianggap kurang penting dibandingkan pertumbuhan dirinya. Ikal bergantung pada potensi-potensi yang ada di dalam dirinya serta bertanggung jawab pada nasibnya sendiri.

Merasa bahwa ayahnya hanya mampu menyekolahkannya sampai Sekolah Menengah Atas, maka Ikal memutuskan untuk bekerja. Ikal tidak ingin membebani orang tuanya yang hanya seorang buruh tambang timah. Keadaan keluarga yang sederhana dan ayahnya yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali tidak menjadi penghambat dalam perkembangan pribadinya. Jika kebanyakan pendidikan anak-anak di lingkungannya tidak jauh berbeda dengan pendidikan orangtua mereka, maka Ikal ingin membuat ayahnya bangga dengan prestasinya dalam pendidikan. Ikal menyadari bahwa setiap orang harus punya mimpi karena Tuhan akan memeluk mimpinya.

Mewujudkan mimpi adalah bukti tanggung jawabnya pada dirinya dan orang tua yang telah membesarkannya dengan susah payah. Dalam perjalanan hidupnya Ikal tidak pernah menggantungkan pada orang lain. Setiap hal diraihnya dengan kerja keras. Sikap mandiri ini nantinya akan menopangnya untuk tetap tangguh menghadapi hambatan yang jauh lebih besar.

Pengalaman puncak sering terjadi pada orang yang beraktualisasi diri termasuk Ikal. Pengalaman puncak adalah pengalaman yang tidak akan pernah dialaminya lagi dengan hal yang sama. Satu kejadian yang memberikan kesadaran akan arti misteri kehidupan telah berusaha dia singkap. Setelah mengalami ini Ikal akan menjadi lebih dewasa dan bijaksana dalam kehidupannya mendatang.

Keingintahuannya tentang dunia luas berawal saat kekasih masa kecilnya A ling menunjukkan novel Seandainya mereka bisa bicara karya Herriot. Dalam salah satu halamannya ada cerita tentang suatu negeri yang sangat indah yang bernama Edensor. Saat itu dia berpikir bahwa dunia ini harus dijelajahi agar dapat menemukan keindahan dan keajaiban sekaligus menemukan jati dirinya. Tanpa disadari gambaran tentang desa itu tertanam kuat dalam ingatannya. Saat berada di Sheffield untuk menyelesaikan tesisnya, Ikal tanpa sengaja menemukan desa Edensor seperti yang pernah dia baca. Hatinya bergetar menyaksikan kenyataan yang selama ini hanya terbingkai dalam ingatannya.

Edensor adalah sebuah keajaiban bagi Ikal seperti sebuah mimpi yang menjelma nyata. Desa impian ini adalah hadiah terbesar atas perjuangan-perjuangannya menghadapi semua rintangan. Pengalaman ini menambah keyakinan dirinya untuk terus berusaha mewujudkan mimpinya karena sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin jika ia percaya. Kepercayaan itu akan membuatnya tangguh dan tidak akan pernah menyerah.

Sebagai pribadi yang beraktualisasi diri Ikal mempunyai minat sosial yang tinggi. Baginya orang lain selalu mengundang simpati dan persaudaraan. Dia memiliki hasrat yang tulus untuk membantu sesamanya. Kepekaan terhadap lingkungan dan sesama akan membuatnya selalu diterima dimanapun dia berada. Dengan menjadi backpacker Ikal berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya dan dari negara-satu ke negara yang lain. Di setiap tempat yang dikunjunginya, dia harus bertemu dengan orang asing dengan berbagai keadaan. dia berusaha bersosialisasi dengan berbagai macam karakter dan budaya. Ikal harus peka dan tahu bagaimana harus bersikap didepan orang-orang yang baru ditemuinya. Kadang ada orang yang benar-benar jahat dan bahkan ingin membunuhnya. Tetapi banyak juga orang baik yang mau menolongnya saat ada bahaya. Ada juga saatnya dia harus peka untuk membantu orang meskipun banyak berkorban untuk itu.

Kepekaan Ikal teruji ketika dia bertemu dengan seorang wanita yang tua penari Kalinka. Wanita itu sedang mengumpulkan uang untuk pulang ke kota asalnya namun sudah terlalu tua untuk tampil menari. Terdorong oleh rasa kasihan Ikal menjual kamera, jaket sekaligus mantelnya untuk membelikannya tiket. Demi melakukan itu Ikal harus melawan dingin hanya dengan baju terusan penahan dingin. Pengorbanan itu baginya tidak seberapa dibandingkan kebahagiaannya bisa membantu orang lain.

Bentuk aktualisasi diri Ikal yang lain adalah menciptakan hubungan antar pribadi yang erat. Ikal membangun hubungan yang dekat dengan orang-orang yang memiliki kesamaan karakter, kesanggupan, dan bakat. Ikal mempunyai teman sehidup semati yaitu Arai. Mereka mempunyai mimpi yang sama, keduanya adalah pejuang yang pantang menyerah. Dalam banyak hal Ikal sangat mengagumi Arai. Baginya Arai adalah pelindung sekaligus pembangkit semangatnya dalam perjalanan panjangnya meraih mimpi. Ketika Arai harus pulang ke tanah air, Ikal merasa semangat hidupnya runtuh, karena selama ini mereka selalu bersama saling menjaga.

Tetapi ada saatnya Ikal harus masuk ke dalam pergaulan yang menyulitkan. Dia hanya berusaha dengan tenang menghindar. Untuk mendukung perkembangan dirinya Ikal memilih untuk berada di lingkungan yang sehat. Ikal menghindari teman-temannya saat mereka menghabiskan akhir pekan dengan mabuk-mabukan di bar. Para mahasiswa itu sebagian adalah pecandu drugs dan berorientasi seks ganjil. Meskipun demikian Ikal selalu mencari sisi positif dari teman-temannya itu. Meskipun tidak pernah terlihat tekun belajar tapi mereka selalu unggul di kelas.

Dalam beraktualisasi diri, Ikal telah mempunyai ciri orang yang demokratis. Orang yang berwatak demokratis terbebas dari prasangka dan cenderung menaruh hormat pada semua orang. Dia bisa belajar dari siapapun tanpa memandang status, pendidikan, usia maupun ras. Selalu belajar dari orang lain dan lingkungan adalah ciri-ciri yang khas dari Ikal. Kesimpulan yang diambilnya tentang seseorang selalu didasarkan pengamatan bukan prasangka. Lingkungan yang berisi orang-orang disekitarnya seperti laboratorium karakter, dimana dia bertemu dengan karakter yang bermacam-macam. Dari pengamatan itu Ikal bersikap tegas dalam memberikan penilaian tentang benar-salah dan baik-buruk.

Sifat ini dapat ditelusuri saat Ikal bertemu banyak bangsa di Eropa dengan berbagai sifat yang berbeda. Dia berpendapat bahwa bangsa yang besar menurunkan sifatnya pada warganya. Hal ini dia simpulkan dari pengamatannya terhadap teman-temannya dari berbagai negara. Menurutnya orang Amerika selalu mendominasi, intimidatif, penuh intrik untuk mengambil alih kendali lalu membangun aliansi. Orang Inggris bersikap provokatif namun tetap beradab. Selain itu orang Inggris juga berbakat dan eksentrik. Secara tegas Ikal mengkritik orang Indonesia, India dan meksiko yang senang bermewah-mewahan saat harta melimpah dan berhutang saat uangnya mulai menipis.

Kritikan tajam juga dilontarkan kepada pejabat-pejabat Indonesia. Dari film yang diputar di Perancis dapat dilihat pejabat Indonesia menaiki Limusin saat datang ke tempat perundingan untuk berutang, sedangkan orang Jepang yang memberi pinjaman hanya naik mobil sewaan. Pujian sekaligus kritikan yang didasarkan pengamatan empiris adalah wujud dari sikap demokratisnya. Dengan sikap demokratisnya itu dia tidak akan salah menilai sesuatu. Sikap demokratis ini membuatnya menghormati siapapun dan negara manapun sesuai dengan mereka adanya.

Menjadi orang yang beraktualisasi diri berarti juga harus mampu membedakan antara cara dan tujuan. Tujuan Ikal sebenarnya adalah pencarian jati diri dengan cara meraih pendidikan dan melakukan perjalanan. Ikal selalu terpusat pada tujuannya. Meskipun banyak hal yang bisa membuatnya terlena sepanjang meraih pendidikan dan perjalanan, namun dia selalu berpegang pada tujuan hidupnya.

Ciri ini dapat dilihat pada masa kuliah di Sorborne. Selama kuliah Ikal tidak hanya berusaha menguasai setiap materi kuliah tetapi lebih dari itu dia belajar tentang kehidupan. Dia menganggap kelasnya sebagai university of life. Dia bergaul dengan banyak orang untuk belajar berbagai hal yang positif. Di sana dia belajar tentang arti kerja keras dalam meraih keberhasilan.

Selain itu Ikal tidak membuatnya terlena dengan hal-hal yang kurang berarti. Dalam perjalanannya Ikal tidak terlena melihat tempat-tempat yang menakjubkan. Dia juga tidak hanya dituntut untuk menghadapi ganasnya tantangan. Perjalanan menempanya dengan keras untuk menghitung setiap resiko, berpikir beberapa langkah ke depan sebelum melangkah, integritas yang tak dapat ditawar dalam keadaan apapun, toleransi dan daya tahan. Kemampuannya menghitung resiko dan berpikir sebelum melangkah di uji ketika berada di Belusye, Siberia. Di sana Ikal di turunkan oleh kondektur kereta karena hanya menumpang saja. Mereka tidak punya peta ataupun kompas sebagai penunjuk arah. Mereka sadar jika tersesat mungkin akan menjadi santapan binatang buas. Kemudian Ikal mencoba mengeja rasi bintang belantik untuk mengetahui arah timur. Jika belantik berada di atas Kazan, maka arah utara ada di sebelah kanannya Kazan yaitu Kungur. Dengan pengetahuan itu Ikal akhirnya dapat menentukan arah tujuannya.

Sifat aktualisasi diri yang lain adalah kemampuan untuk bertahan terhadap enkuturasi yaitu bertahan dari masuknya hal-hal baru yang bisa berdampak positif maupun negatif. Orang yang mampu bertahan dapat berdiri sendiri dan otonom. Mereka adalah orang-orang yang berani membuat keputusan yang sama sekali berbeda dengan pendapat umum. Dia selalu bertahan pada pendirian yang diyakininya baik bagi perkembangan pribadinya. keyakinannya itu tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain maupun lingkungan.

G. Motivasi dalam Aktualisasi Diri Ikal

Sifat-sifat aktualisasi diri yang ditunjukkan Ikal didasari motivasi-motivasi perkembangan diri. Motivasi yang mendasari proses aktualisasi diri Ikal adalah motif kebenaran, motif keunikan, motif kesempurnaan, motif keadilan, motif semangat, motif kebajikan, dan motif kesederhanaan. Motif-motif ini menjadi suatu dorongan yang kuat untuk mewujudkan suatu keinginannya.

Motif kebenaran adalah keyakinan terhadap hal-hal tertentu yang dianggap benar oleh Ikal. Motif ini mendasari aktualisasi diri Ikal yang berupa fokus pada masalah. Dia selalu fokus pada cita-citanya karena dia percaya pada satu kebenaran bahwa hidupnya akan berkembang lebih baik jika dia bekerja keras dan selalu fokus pada cita-citanya. Keyakinan itulah yang membuatnya mantap melangkah untuk mengejar cita-citanya.

Selain itu motif kebenaran juga mendasari keyakinannya bahwa ada hal yang sangat berarti dalam pengalaman puncak yang dialaminya. Dia yakin akan adanya keajaiban mimpi. Keajaiban itu bukanlah hal yang tidak masuk akal tetapi hal yang benar-benar terjadi. Keajaiban itu adalah Edensor. Edensor merupakan symbol keajaiban mimpi. Edensor seolah-olah menjadi pembuktian bahwa mimpi yang dianggap mustahil sekalipun akan menjadi kenyataan jika seseorang berusaha keras untuk mewujudkannya.

Motif keunikan mendasari aktualisasi diri Ikal yang berupa penerimaan terhadap diri sendiri. Motif keunikan adalah keinginan yang mendorong seseorang untuk menghargai dirinya dan orang lain apa adanya. Ikal merasa dirinya adalah individu yang mempunyai ciri khas yang berbeda dengan orang lain. Motivasi ini mendorong Ikal untuk tetap bertahan terhadap enkulturasi. Dalam hal ini Ikal memegang teguh apa yang diyakininya yang dianggapnya benar. Budaya yang sudah dijalaninya dan menjadi bagian dari dirinya menjadi ciri khas. Ciri khas itu tidak perlu dirubah setelah bertemu dengan hal-hal baru yang menurutnya tidak baik. Tetapi bahkan harus dibuktikan bahwa budaya yang di anut teman-temannya hanya bersifat patologis

Motif kesempurnaan adalah dorongan untuk meraih kesempurnaan dan hal-hal yang terbaik dalam kehidupan. Motif kesempurnaan mendasari aktualisasi diri Ikal yang berupa pengamatan yang efisien. Di balik perannya sebagai life observer itu Ikal termotivasi untuk memperbaiki diri. Tak bisa dipungkiri bahwa kita akan lebih objektif jika melihat sesuatu yang ada pada diri orang lain. Kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri orang lain akan tampak begitu jelas di mata kita. Jika kita telah melihat orang lain melakukan kesalahan, maka dalam diri kita terdorong untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Jika yang muncul adalah kebaikan maka kita akan berusaha melakukan hal yang sama. Dalam kasus Weh dan Arai dia menjadi sadar bahwa apapun yang terjadi pada diri seseorang bukan untuk disesali. Dia harus menggali setiap potensi dalam dirinya agar tetap bisa bertahan menghadapi setiap rintangan.

Motif keadilan adalah dorongan dalam diri seseorang untuk bersikap adil terhadap siapapun, bersikap peduli terhadap kepentingan orang lain dan menghargai keberadaan orang lain. Motif keadilan ini mendorong Ikal untuk bersikap demokratis dalam memberikan penilaian terhadap orang lain. Dorongan ini muncul karena dia berpendapat bahwa kebanyakan orang terlihat tidak seperti dia adanya, sehingga menimbulkan salah penilaian.

Motif semangat adalah dorongan individu untuk melalui kehidupannya dengan semangat. Semangat dalam hal ini adalah ketegaran dalam melalui setiap rintangan. Motivasi ini mendasari Ikal untuk mampu membedakan antara cara dan tujuan. Motivasi ini timbul dari wejangan-wejangan yang selalu ditiupkan oleh guru Sekolah Dasarnya dulu. Mereka memberi wejangan bahwa seseorang harus mencari makna hidupnya dengan pengembaraan.

Motif kebajikan merupakan dorongan individu untuk peka terhadap kebutuhan orang lain. Motivasi ini mengarahkan Ikal untuk memiliki minat sosial yang tinggi. Motivasi ini muncul karena dia terbiasa hidup sendiri jauh dari sanak dan saudara, sehingga dia harus menjalin hubungan baik dengan orang disekitarnya. Hubungan yang baik ini akan terjalin jika dia mampu mengerti kesulitan dan kebutuhan orang lain.

H. Penutup

Pencapaian aktualisasi diri Ikal memang belum sepenuhnya maksimal. Masih ada beberapa sifat yang belum nampak dalam tindakan maupun pemikirannya. Meskipun Ikal belum memenuhi semua ciri-ciri orang yang telah beraktualisasi diri, tetapi dia sedang menuju proses ke arah aktualisasi diri. Pencapaian ini karena keterbatasan yang melekat dalam dirinya.

Kebutuhan akan privasi dan independensi masih terhambat karena ketergantungannya pada Arai sempat melemahkannya untuk melanjutkan kuliah sehingga dia belum dianggap sepenuhnya dapat berdiri sendiri. Apresiasi terhadap teman-temannya juga belum nampak karena Ikal masih belum bisa menghargai teman-teman yang mempunyai kemampuan di bawah teman-temannya yang lain. Kreativitas Ikal juga belum nampak karena masih dalam proses penyeleseian tesis.

Ikal memiliki banyak kekurangan yang manusiawi. Meskipun demikian perjuangannya ke arah aktualisasi diri mengingatkan kita bahwa potensi manusia untuk berkembang ternyata lebih besar dari yang selama ini kita duga. Yang dibutuhkan hanyalah keyakinan diri dan kerja keras untuk dapat meraih taraf kehidupan yang lebih tinggi dari yang sekarang.

Daftar Rujukan

Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa

Darma, Budi. 2007. Bahasa, Sastra, dan Budi Darma, ed Djoko Pitono. Surabaya: JP Books.

Hirata, Andrea. 2008. Edensor. Yogyakarta: Penerbit Bentang.

Hjelle, A. Larry and Ziegler, J. Daniel. 1981. The Personality Theories. New York: McGraw-Hill.Inc

Poduska, Bernard & S, Turman, 2008, Empat Teori Kepribadian: Jakarta: Restu Agung

Tidak ada komentar: